Tetes demi tetes hujan mulai turun
membasahi bumi. Udara
dingin telah masuk ke dalam tubuh hingga ke rusuk-rusuk tulang.Suasana di
sekolah juga terasa brisik karna
tetesan air hujan yang
deras. Jam 12:30 siang, bel sekolah berbunyi menandakan waktu
pelajaran sudah selesai. ujan
tidak kunjung reda. Tapi,
beberapa pelajar pulang ke rumah walaupun badan mereka harus kebasahan. Ada juga para pelajar yang membawa
payung
untuk melindungi mereka
dari kebasahan hujan.
Tari, Maya dan teman-teman yang lain masih
berada dalam sekolah. Mereka
tidak mau mengambil resiko apabila
mereka sakit nanti.
Maya yang dari tadi kedinginan hanya memeluk dirinya dan
tetap diam di sebelah Tari. Lalu
hidungnya mengeluarkan darah atau mimisan. Tari
yang mengetaui hal itu bergegas mengambil tisu di tasnya. Ketika Tari mengusap darah di hidungnya
Maya, tiba-tiba Maya jatuh pingsan. Tari panic dan meminta pertolongan teman-temannya yang
ada di sana. Maya di tuntun sampai ke ruang UKS.
Beberapa menit kemudian, Maya sadar dari pingsannya. Tari mulai curiga dengan sahabatnya itu. Karena
beberapa minggu ini, Maya
sepertinya kurang sehat. Maya
sering mimisan dan kadang kala jatuh pingsan. Tari mumbujuk Maya untuk menceritakan permasalahannya pada diri Maya. Mayapun mulai
mengeluarkan butir-butir air mata yang keluar di matanya. Dia menceritakan penyakitnya yang kronis.
Tari
syok sekali ketika dia harus tau sahabatnya terserang penyakit tumor otak dan
umurnya kurang 2 minggu lagi. Tari
seakan-akan dalam mimpi yang sangat mengerikan dan ingin bangun dari
mimpinya.tapi, inilah
kenyataan yang harus dia terima walaupun pahit.
Hari
berganti hari, kondisi Maya pun mulai menurun. Maya sudah tidak masuk ke sekolah untuk
melanjutkan pelajaran. Melainkan
terapi ke pelbagai tempat atas bujukan dari keluarganya. Tari terhanyut dalam duka yang sangat
dalam karna
sahabat satu-satunya akan meninggalkannya untuk selama-lamanya. Walaupun Maya terapi kesana ke mari. Badannya bertambah kurus tiada lagi
daging, hanya
tulang di baluti oleh kulitnya. Ranbutnya
yang dulu Tari puji-puji mulai gugur semua dari kepalanya.Tari yang melihat kondisinya, hanya menangisi karna tidak
sanggup melihat sahabatnya menderita.
Tari
melihat kalender yang berada di meja kamarnya dengan penuh cemas.Tari
menghitung tanggal di kalendernya. Tari tiba-tiba syok karna dua hari lagi Maya, sahabatnya pergi untuk selama-lamanya.
Air mata Tari pun keluar dari kelopak matanya yang bulat itu. Tari hanya bias memohon pertolongan dari yang
Maha-Kuasa. Penuh khusyuk Tari memohon pada yang Kuasa untuk penyembuhan
sahabatnya yang sangat dia sayangi.
Keringat bercucuran ke seluruh tubuh
Tari dan jantungnya juga berdetak dengan kencang ketika dia tau hari ini adalah
hari perpisahan Tari dengan Maya. Maya
mendesak keluarganya supaya tidak membawanya ke rumah sakit karma. Maya mau
berkumpul bersama keluarga dan Tari tanpa harus ada peralatan medis di
sampingnya.
Maya memanggil Tari dan menyuruhnya menceritakan tentang
kebersamaan mereka ketika mereka kecil. Tari yang dari tadi duduk di samping Maya hanya bias mengikuti saja
kata-kata Maya. Demi
Maya, Tari
menceritakan kisah-kisah mereka dulu dan mengusap halus di rambut Maya sehingga
Maya memejamkan mata untuk selama-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Komentarya ya